A. Cara Hidup
Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan besar, karena pada zaman tersebut manusia hidup berkelompok kemudian menetap dan tinggal bersama dalam kampong. Berate pembentukan suatu masyarakat yang memrlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerja sama.
Dapat dikatan bahwa pada zaman neolithikum itu terdapat dasar-dasar pertama untuk penghidupan manusia sebagaimana kita dapatkan sekarang.
B. Teknologi Zaman Neolithikum
Pada zaman neolithikum, alat-alat bantu pekerjaan telah dihaluskan. Alat-alat tersebut, antara lain:
a. Pahat Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belanda sampai ke daerah sungai Gangga di India. Selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Filipina, Formosa, Kepulauan Kuril dan Jepang.
b. Kapak Persegi
Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu imigrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi di berikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penempang laintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penempang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar disebut beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang berukuran kecil disebut sebagai Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pehat/ alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa juga dibuat dari batu api atau chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari batu calcedon hanya digunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
c. Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya. Sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebarannya ada di Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar, dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengn sebutan Neolithikum Papua.
d. Kapak Batu
Kapak jenis ini hamper sama dengan kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kabudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai ke Sungai Gangga. Tetepi anehnya batas selatanya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi Indonesia tidak mengenal neolithikum.
e. Perhiasan
Jenis perhiasan ini banyak ditemukan di wilayah Jwa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhiasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu yang dicat atau batu akik.
f. Pakaian (dari kulit kayu)
Pada zaman ini mereka telah mengenal adanya pakaian yang terbuat dari kayu yang sederhana yang telah diperhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum wanita. Pekerjaan tersebut disertai pula dengan berbagai larangan yang harus ditaati. Sebagi buktinya di temukan alat pemukul kayu di Kalimantan dan Sulawesi.
g. Tembikar (Periuk Belanga)
Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatera. Tetapi yang ditemukan hanya pecahan-pecahan yang sangat kecil dan telah dihiasi dengan gambar-gambar. Di Melolo, Sumbawa ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia.
Sumber:
Soekmono, R.1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Jakarta: Kanisius
www.google.com/zaman-batu-muda-neolithicum-1500sm.html
0 komentar:
Posting Komentar